Rabu, 15 April 2009

Beda Etika Etiket

Etika secara etimology berasal dari bahasa latinethicusadat kebiasaan atau sikap cara berfikir. Sehingga etika biasa di definisikan sebagai ilmu tentang apa yang biasa dilakukan, tidak terlepas dari nilai baik dan buruk atau salah dan benar. Sedangkan moral berasal dari bahasa latin yaitumores (adat kebiasaan).

Berangkat dari dua definisi tersebut maka etika dan moral memiliki makna yang sama. Namun kita harus melihat devinitif lain yang lebih rasional dan jelas seperti Berten mendefinisikan etika sebagai “niali yang terkumpul yang dapat mengatur individu dengan memiliki asas-asas baik dan buruk”. Kenapa baik dan buruk, sebab salah satu barometer yang dijadikan alat oleh masyarakat adalah norma itu sendiri. Disisi lain Romo Magnis mengartikan etika sebagai “uasaha manusia untuk memakai akal budi dan daya pikirannya dapat berprilaku baik dalam hidup. Sedangkan moral baginya adalah nilai-nilai yang menjadi rujukan serta pegangan dari seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

Kita harus membedakan antara norma dan moral, yakni norma atauran khusus dan terikat yang hanya berlaku dalam situasi dan kondisi tertentu. Bagaimana kita menanggapai moralitas, kita harus paham bahwa moralitas adalah sifat moral secara keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk perbuatan. Sehinga kita tidak salah memahami dan menggunakan konteksnya.

Kemudian kita kembali kepada etika, salah satu yang membuat kita bingung adalah mendefinisikan antara etika dan etiket. Walaupun semuanya berfungsi sebagai pengatur prilaku tindak manusia secara normative, artinya menekankan kepada setiap individu apa yang seharusnya dan apa yang tidak seharusnya. Mari kita bedakan antara etika dan etiket. Etika menimbulkan norma terhadap perbuatan seseorang tentang apakah perbuatan itu boleh atau tidak boleh, Seperti KKN. Sedangkan “etiket” adalah cara suatu perbuatan yang mesti dilakukan dan diperbuat oleh individu (manusia), seperti bagi orang sunda menunjukan sesuatu oleh jempol tangan. Ada yang hal menarik dari etiket, yakni dalam pelaksanaannya etiket berlaku ketika ada dalam suatu interaksi atau perkumpulan antar individu. Beda halnya dengan etiket, tidak ada jurang prantara baik itu harus ada orang atau tidak. Artinya etika adalah suatu keharusan yang tidak tergantung pada symbol (individu).

Secara hokum alam atausteat nature etiket bersifat relative artinya tidak ada yang absolute dalam suatu tindakan itu sehingga dilain waktu atau wilayah aturan itu tidak berlaku. Seperti di budaya timur memegang kepala dianggap tidak sopan, sedangkan di budaya barat adalah hal yang wajar dan sopan. Adapun etika bersifat absolute yang prinsipil, sehingga menjadi suatu keharusan yang mesti tidak bisa ditawar lagi. Terkait masalah moralitas adalah sebagi ciri khas seorang manusia sebagai makhuk social sehingga etika dan moral dijadikan sebagai kosep yang prinsipil sehingga menjadi pertimbangan nilai-nilai tertentu.

Untuk memperoleh kejelasan lebih lanjut tentang apa yang menjadi kekhususan Etika, maka perlu dibedakan antara filsafat moral dan ajaran moral. Ajaran moral adalah ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, khotbah-khotbah, patokan-patokan, kum-pulan peraturan dan ketetapan baik lisan maupun tertulis tentang bagaimana manusia seharusnya hidup dan bertindak agar ia menjadi manusia yang baik. Ajaran moral pada dasarnya adalah petunjuk-petunjuk konkret untuk hidup baik. Sedangkan filsafat moral adalah pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Filsafat moral merupakan suatu ilmu yang secara kritis, sistematis dan metodis mengkaji berbagai teori atau pandangan tentang bagaimana manusia seharusnya hidup dan mengapa demikian. Kalau ajaran-ajaran moral bisa diumpama-kan sebagai petunjuk-petunjuk konkret yang diberikan oleh seorang pelatih renang kepada para muridnya yang sedang belajar berenang padanya, filsafat moral adalah ilmu tentang bagaimana berenang yang baik.

Sebagai suatu ilmu, maka unsur refleksi kritis dan rasional atas praksis, serta unsur pengetahuan atau pengertian mendapat tekanan. Etika mau mengerti mengapa kita harus mengikuti ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita dapat mengambil sikap yang bertanggungjawab berhadapan dengan macam-macam ajaran moral yang ada atau ditawarkan dalam masyarakat.

Sebagai suatu ilmu, etika juga tidak menjamin bahwa orang yang mengkajinya dengan sendirinya menjadi orang yang baik. Menjadi orang yang baik menuntut lebih daripada sekedar pemilikan sikap kritis terhadap pelbagai ajaran moral yang ada dan pengetahuan tentang teori-teori moral serta prinsip-prinsip bagaimana manusia seharusnya hidup. Memang, etika sebagai ilmu yang erat berkaitan dengan praksis kehidupan manusia, semestinya tidak hanya tinggal teori belaka. Orang yang belajar etika diharapkan tidak hanya bisa mempertanggungjawabkan secara rasional keputusan-keputusan moralnya, tetapi juga bahwa hidupnya diresapi oleh prinsip-prinsip moral yang benar. Kendati begitu tidak jarang terjadi bahwa ada kesenjangan antara pengetahuan dan penghayatan. Mereka yang mengetahui apa yang baik yang seharusnya dipilih dan dilakukan, belum tentu dalam praktek mereka hidup sesuai dengan pengetahuannya tersebut.

Baik filsafat moral maupun teologi moral mempunyai objek material penyelidikan yang sama, yakni perihal baik-buruknya perilaku atau tindakan manusia sebagai manusia. Keduanya berurusan dengan pertanyaan-pertanyaan pokok seperti: (1) bagaimana manusia seharusnya bertindak dan berperilaku untuk dapat mencapai tujuan hidupnya yang paling tinggi sebagai manusia?; (2) manakah prinsip-prinsip dasar yang wajib diikuti oleh manusia, sehingga ia pantas disebut baik sebagai manusia?; (3) bagaimana prinsip-prinsip tersebut dapat dibenarkan atau dipertanggungjawabkan secara rasional?

Perbedaan di antara keduanya terletak pada kenyataan bahwa filsafat moral menyelidiki kenyataan moralitas manusia atau mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut berdasarkan pertimbangan-pertimbangan akal budi murni, sedangkan teologi moral mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan bertitik tolak dari suatu kerangka pemikiran berdasarkan agama atau wahyu tertentu. Dengan kata lain, filsafat moral berargumentasi secara umum dan terbuka pada semua agama atau kepercayaan, sedangkan teologi moral mengandaikan suatu sikap iman tertentu. Teologi moral selalu bersumber atau mendasarkan diri pada prinsip-prinsip yang digali dari Kitab Suci agama tertentu. Kalau orang berbeda agama atau sikap imannya, ia masih bisa mempunyai filsafat moral yang sama, tetapi tidak mungkin mempunyai teologi moral yang persis sama. Memang tidak ada teologi moral yang sama sekali tidak mengandung suatu filsafat moral tertentu di dalamnya. Dalam arti tertentu, filsafat moral sebagai suatu usaha rasional manusia untuk secara kritis, sistematis dan metodis menyelidiki baik-buruknya perilaku manusia sebagai manusia, entah secara eksplisit atau implisit, selalu diandaikan oleh teologi moral. Dalam arti ini teologi moral seseorang dalam agama tertentu juga dapat dalam banyak hal mempunyai kesamaan pandang dengan teologi moral dalam agama lain.

Dan semuanya itu baik moralitas,etika adalah yang tidak terlepas dari manusia sehingga dapat dimiliki dan diciptakan sebgai makhluk yang berakal dan berbudi pekerti. Artinya pertimbangan antara moral dan etika tidak berlaku pada hewan. Lagi-lagi kenapa etika dan moral sebagai keharusan, sebab bersifat alamiah yang dijalankan secar otomatik dan tidak perlu adanya intansi yang mengatur atau mengawasi hal tersebut, sebaab sudah menjadi kesadaran bagi manusia itu sendiri.

Dan kita sepakati ini adalah menjadi keharusan moral bagi manusia yang ingin terciptanya adil, tentram dan damai dalam kehidupan. Kemudian apakah etika sebagai ilmu, ya etika adalah salah satu imu yang membahas tentang moralitas manusia yang memfokuskan pada tingkah laku manusia. Pada hakikatnya etika menjadi dua yaitu: deskriptif dan normative. Yang dimaksud etika deskriptif adalah tingkah laku yang bersifat luas, maksudnya tidak memberikan pertimbangan individu, atau judgment moral tertentu, misalnya adat istiadat. Adapun etika normative adalahpertimbangan etika yang melibatkan nilai-nilai subyektif dasar aturan tertentu.

Dengan kata lain seseorang dapat bebas menentukan tanpa intervensi dari luar dirinya terhadap penilaian suatu peristiwa. Secara aksiologi etika sangat banyak manfaatnya, diantaranya bisa dipandang sebagai sarana orientasi bagi manusia untuk menjawab atau mengatasi pernyataan yang amat fundamental. Sehingga pentingnya beretika bagi manusia dapat dijadikan landasan pikir kritis suatu tindakan.namun perlu diingat bahwa etika tidak berpretensi secara langsung mengubah manusia lebih baik. Sangat diperlukan bagi manusiaa sebagai makhluk heterogen yang bersifat plural. Maka manusia harus mampu bersikap toleran sehingga dapat mengenal nilai-nilai kehidupan dan mngubur sifat fanatik, eklusif, serta apatis.